Kamis, 20 April 2017

Biografi Ir. Soekarno



 

Ir. Soekarno

Bapak Proklamator Bangsa


Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika.

Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi IT. Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.

Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai “Pahlawan Proklamasi”.

Biografi Jendral Soerdirman




Jendral Soerdirman
Jendral Muda Indonesia

Nama Lengkap : Raden Soedirman
Tempat Lahir : Desa Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : 24 Januari 1916
Zodiac : Aquarius
Kebangsaan : Indonesia
Meninggal : Magelang, 29 Januari 1950
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Semaki
Agama : Islam

 

Beliau dilahirkan di Bodas Karang Jati Purbalingga Jawa tengah, pada hari Senin 24 Januari 1916. Beliau memiliki nama lengkap Raden Soedirman, namun lebih dikenal dengan nama jenderal Sudirman. Kedua orang tuanya berasal dari keluarga sederhana, ayahnya bernama Karsid Kartowirodji dan ibunya Siyem. Sejak kecil jendral Sudirman dirawat oleh Raden Tjokrosoenarjo dan istrinya bernama Teoridowati yang merupakan sebuah keluarga Priyayi.  

Biografi Pendidikan Jendral Sudirman di mulai Hollandsch Inlandsche School, namun ketika tahun kelima Jendral Sudirman berhenti dari sekolahnya dan kemudian melanjutkan sekolahnya di Yogyakarta di sekolah Taman Siswa. Setelah itu Jendral Sudirman melanjutkan ke Sekolah Menengah Wirotomo. Jenderal Sudirman juga berbakat dalam berbagai ilmu pelajaran dan ia juga memperdalam ilmu agama. Berdasarkan buku biografi Jendral Sudirman, gurunya Suwarjo Tirtosupono dan Raden Muhammad Kholil mendidiknya dengan baik. Setelah lulus dan setelah kematian ayah tirinya beliau yang berusia 19 tahun juga sempat mengajar di sekolah Wirotomo. Jendral Sudirman juga aktif di organisasi Kepanduan Putra Muhammadiyah, beliau memimpin Hizboel Wathan.  Selanjutnya beliau juga belajar satu tahun di sekolah guru di Surakarta yaitu di Kweekschool.
Setelah itu Jenderal Sudirman juga lebih giat bergerak di organisasi kepemudaan Muhammadiyah. Jenderal Sudirman dikenal sebagai pemimpin yang pintar untuk bernegosiasi. Jendral Sudirman juga menikah dengan teman saat sekolah dulunya. Perempuan yang dinikahinya bernama Alfiah dan mempunyai keturunan 4 orang putra dan seorang putri. Sebelum kedatangan tentara Jepang, jenderal Sudirman di minta oleh Belanda untuk memberi pelatihan terhadap tentara pribumi tentang pelatihan kemiliteran. Dan pada tahun 1942, kedatangan Jepang di Indonesia semakin memperburuk keadaan ekonomi dan kesejahteraan rakyat pribumi. Banyak sekolah yang ada ditutup oleh Jepang, salah satunya adalah sekolah yang tempat beliau mengajar. Namun setelah beberapa waktu berlalu, dalam buku biografi Jendral Sudirman, beliau mampu bernegosiasi dengan pemerintah jepang untuk membuka sekolah  tersebut. 

Pada masa pemerintahan Jepang, berdasarkan biografi jendral Sudirman, beliau aktif memimpin organisasi bentukan Jepang yang bertujuan menjaga keamanan Indonesia dari pihak sekutu. Sudirman memimpin Syu Sangikai, bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA). Oleh karena itu Beliau mengikuti pelatihan di Bogor. Karena kepiwaiannya, Jendral Sudirman diangkat sebagai Komandan dan dipersenjatai dengan peralatan lengkap dan ditempatkan di Batalion Kroya, Banyumas, Jawa Tengah. Hingga sampai pada terjadinya Bom Atom Nagasaki dan Hirosima, jendral Sudirman membantu Soekarno hatta dan pejuang lainnya untuk mengamankan persiapan kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, negara Indonesia perlu membentuk pasukan keamanan/ tentara Indonesia.

Kisah perjuangan Jendral Sudirman berlanjut dengan bergabungnya beliau dengan BKR yang akhirnya berganti menjadi TKR (yang sekarang disebut TNI). Pada masa itu pangkat jendral Sudirman mulai berkembang karena keuletannya. Mulai dari pangkat colonel letnan jenderal, jenderal, hingga jenderal Besar. Selain itu jenderal Sudirman juga berperan secara langsung dalam perang Ambarawa dalam mempertahankan dan mengusir tentara sekutu yang diboncengi NICA. Setelah menyusun perjanjian linggarjati dan melawan Belanda dalam Agresi Militer ke 1 dan 2, setahun kemudian jendral sudirman meninggal karena penyakit TBC yang beliau rasakan bertahun-tahun lamanya. Sahabat merah itulah biografi Jendral Sudirman, semoga menambah wawasan kita tentang Pejuang yang satu ini.


“Tentara bukan merupakan suatu golongan di luar masyarakat, bukan suatu kasta yang berdiri di atas masyarakat. Tentara tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu.”
“Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya. Sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagipula sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh. Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang siapapun juga.”
“Karena kewajiban kamulah untuk tetap pada pendirian semula, mempertahankan dan mengorbankan jiwa untuk kedaulatan negara dan bangsa kita seluruhnya.”
“Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita. Jangan sampai TNI dikuasai oleh partai politik manapun juga. Ingatlah, bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluannya. Kita masuk dalam tentara, karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara.”
“Kemerdekaan satu negara, yang didirikan diatas timbunan runtuhan ribuan jiwa-harta-benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia siapapun juga.”
“Jangan mudah tergelincir dalam saat-saat seperti ini, segala tipu muslihat dan provokasi-provokasi yang tampak atau tersembunyi dapat dilalui dengan selamat, kalau kita waspada dan bertindak sebagai patriot.”

Biografi Ki Hadjar Dewantara





Biografi Ki Hadjar Dewantara
Bapak pendidikan indonesia




Nama : Ki Hadjar Dewantara
Lahir : 2 Mei 1889, Kota Yogyakarta, Indonesia
Meninggal : 28 April 1959, Kota Yogyakarta, Indonesia
Makam : Taman Wijaya Brata
Pendidikan : School tot Opleiding van Indische Artsen
Warga Negara : Indonesia
Zodiac : Taurus
Agama : Islam

Ki Hajar Dewantara lebih dikenal sebagai Bapak pendidikan Indonesia. Nama asli ki hajar dewantara adalah Raden Mas suwardi suryaningrat. Beliau merupakan keturunan dari keraton Yogyakarta. Pada umur 40 tahun, beliau merubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Beliau tidak memakai gelar nama kebangsaannya lagi dikarenakan beliau ingin lebih dekat dengan layar secara fisik maupun hatinya. Biografi Ki hajar dewantara memang penuh pengabdian kepada Indonesia. Sudah banyak sekali hal bermanfaat yang dilakukan oleh beliau.
Ki hajar dewantara bersekolah di ELS yang dulu merupakan sekolah dasar Belanda. Selanjutnya beliau juga melanjutkan sekolah di STOVIA yang merupakan sekolah dokter untuk bumiputera. Tetapi selama sekolah di Stovia beliau tidak sampai tamat dikarenakan sakit. Hal ini juga banyak diceritakan disemua buku biografi Ki Hajar Dewantoro. Beliau juga pernah bekerja menjadi wartawan diberbagai media cetak terkenal pada masa itu. Seperti mideen java, sedyotomo, De ekpress, kaoem moeda, poesara, oetoesan hindia, dan tjahaja timoer. Tulisan beliau diberbagai media tersebut sangat komunikatif dan juga kritis, sehingga dapat meningkatkan semangat rakyat pada masa itu.

Ketika membahas tentang biografi Ki hajar dewantara memang tidak pernah ada habisnya. Ada banyak sekali hal yang harus kita banggakan untuk beliau. Pada tahun 1908 beliau aktif sebagai pengurus di organisasi boedi oetomo. Selanjutnya beliau juga membuat organisasi sendiri bersama Douwes Dekker atau lebih dikenal dengan Dr. Danudirdja Setya Budhi dan Dr Cipto Mangoekoesoemo mendirikan sebuah organisasi yang bernama Indische Partij pada tanggal 25 desember tahun 1912. Organisasi ini merupakan partai politik pertama di Indonesia yang beraliran nasionalisme untuk mencapai Indonesia merdeka. Ketika ingin mendaftarkan partai ini, mereka di tolak oleh Belanda, karena dianggap menumbuhkan nasionalisme pada rakyat.

Dengan ditolaknya partai tersebut, mereka akhirnya komite boemi poetra yang digunakan untuk membuat kritik ke pemerintahan Belanda. Mereka menulis berbagai kritikan untuk pemeritahan Belanda yang dimuat di surat kabar De ekpress yang pemiliknya pada saat itu adalah Douwe Dekker. Dalam tulisan tersebut mereka mengatakan bahwa tidak mungkin merayakan kemerdekaan, di Negara yang sudah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Karena tulisannya itu beliau di buang ke pulau Bangka, sebagai hukuman pengasingannya oleh pemerintahan Belanda. Cerita ini banyak ditemukan di buku-buku biografi ki hajar dewantara.

Setelah pulang dari pengasingan dan sempat melakukan perjalanan ke Belanda. Beliau akhirnya mendirikan taman siswa. Selama pendirian taman siswa ini banyak sekali tantangan dan halangan dari pihak pemerintahan Belanda. Dengan segala kegigihannya, akhirnya taman siswa mendapatkan ijin berdirinya. Setelah masa kemerdekaan, beliau menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan. Jika kalian mengunjungi Yogyakarta, anda bisa mengunjungi museum yang didedikasikan untuk ki hajar dewantara.Sahabat merah, sekian artikel tentang biografi Ki Hjar Dewantara, semoga dapat memanbah wawasan tentang para tokoh Pejuang Negeri kita.