Tak Kenal Maka Tak Sayang, Inilah Strategi
Perang Pejuang Indonesia
Setelah di thread kemarin kita telah mengulas tentang “Perang
Besar Yang Terjadi di Negeri ini” sekarang gue akan bagikan secerca
pengetahuan sejarah bangsa kita agar kita semakin menghargai jasa para pejuang,
yang faktanya kurang diperhatikan orang sekarang akibat kemajuan zaman.
Langsung aja gue persembahkan untuk para Sahabat merah, ini dia “Strategi Perang
Para Pejuang Indonesia”
1. Gerilya
Kalo kita belajar sejarah, inilah
strategi perang paling terkenal yang dipakai para pejuang Indonesia. Semacam
strategi “Hit and Run” versi Indonesia yaitu merupakan strategi perang dimana
para pejuang dan pasukannya sembunyi di dalam hutan sambil menanti musuh dan
ketika musuh/penjajah datang, langsunglah para pejuang kita menyerang musuh
secara tiba-tiba.
Strategi ini selalu dipakai oleh
pejuang di seluruh daerah di Indonesia, mengingat daerah Indonesia dahulu masih
banyak hutan lebat serta pejuaang kita yang kalah unggul dari segi jumlah orang
dan amunisi membuat strategi ini sangat efektif menumpas penjajah daripada
perang terang-terangan.
2. Benteng Stelsel
Sebenarnya ini adalah strategi perang
buatan Jenderal Van De Kock (Belanda) yang diterapkan pada perang Diponegoro,
namun strategi ini lalu diadopsi para pejuang pada perang Padri di Sumatra
barat. Jadi secara garis besar, strategi ini adalah pada setiap kawasan yang
sudah dikuasai pejuang, dibangunlah benteng pertahanan dan setiap benteng
pertahanan dibangun jalan atau jembatan untuk menghubungkan tiap-tiap benteng.
Gunanya buat apa? Benteng yang dibangun
jelas untuk mempersulit lawan masuk teritori kita, sedangkan jalan penghubung
untuk memudahkan mobilisasi pasukan dan komunikasi antara benteng-benteng
pertahanan. Strategi ini memiliki untung dan rugi, untungnya perang lebih cepat
selesai karena lawan mudah terjepit pasukan yang ada dan wilayah teritori tidak
mudah dikuasi musuh dan ruginya adalah membutuhkan pekerja dan waktu yang tidak
cepat untuk membangun benteng pertahanan.
3. Devide et Impera (Adu Domba)
Strategi ini juga buatan Belanda
dimana suatu kelompok besar dipengaruhi (biasanya yang dipengaruhi para
pemimpin) seperti Anak raja dipengaruhi untuk membunuh ayahnya agar mendapat
tahta kerajaan. Akhirnya perpecahan pun terjadi seperti perang Goa-Talo,
Makassar-Bone, dll. Indonesia juga pernah memakai strategi buatan Belanda ini
untuk melawan Belanda juga (senjata makan tuan) dengan mengadu domba pimpinan
internal VOC.
4. Puputan
Strategi perang yang diterapkan
pasukan Bali dalam perag Puputan Jagaraga (dipimpin Ketut Jelantik) dan Puputan
Margarana (dipimpin I Gusti Ngurah Rai) saat melawan Belanda. Puputan berarti perang sampai mati. Jagaraga
dan Margarana adalah tempat terjadinya kedua perang di Bali.
Jadi, Bali pada masa Ngurah Rai
sempat diajak Belanda gabung dan jadi negara bonekanya, karena saaat itu
wilayah Indonesia hanya Jawa, Sumatera, Madura (Bali gak ikut) akibat buruknya
diplomasi Sutan Sjahrir yang membuat wilayah Indonesia semakin kecil. Saat ini
Bali tidak ingin dipisah dari RI. Maka terjadilah perang melawan Belanda.
5. Bumi Hangus
Ini adalah strategi paling berisiko
yang pernah ada di Indonesia. Nah ini dia alasan mengapa para Pejuang
menggunakan strategi ini. Jadi Belanda saat itu akan menyerang Bandung pada 23
Maret 1946. Mereka mengeluarkan ultimatum bahwasanya rakyat bandung untuk mengosongkan
wilayah Bandung. Hal ini biar Belanda bisa mendapatkan amunisi dari gudang
senjata dan wilayah bandung tentunya.
Akhirnya, sosok Muhammad Toha menjadi sorotan karena telah menerapkan strategi ini.
Para rakyat Bandung dievakuasi terlebih dahulu keluar kota bandung dan setelah
itu kota dibakar habis. Sekitar jam 12 malam, Bandung selatan sudah kosong dari
penduduk dan terbakar. Tak berhenti disitu saja, Toha dan Ramdan (anggota
Barisan Rakyat Indonesia) rela mati bunuh diri di gudang senjata sekutu dengan
meledakkan dinamit. Dua hal ini (bumin hangus dan peledakan) bertujuan agar
Belanda tidak mendapat apapun saat datang ke Bandung karena semua sudah hangus
dilahap si jago merah.
6. Sapit Urang
Strategi perang ini diracik oleh
seorang bernama “Jenderal Soediran”. Siapa sih yang gak kenal Jenderal
Soedirman? Panglima besar tentara Indonesia yang selalu dikenang rakyat.
Jasanya dalam negeri ini sangatlah besar karena dialah founder dari TKR
(Tentara Keamanan Rakyat) yang berubah hingga sekarang menjadi “Tentara
Nasional Indonesia”.
Strategi Sapit Urang itu artinya
adalah Capit Udang. Jadi, pengertian sapit urang adalah suatu strategi dimana
satu kumpulan pasukan memancing lawan ke arah mereka dan lawan langsung
dikepung dari 2 arah belakang (kiri dan kanan) lawan oleh pasukan yang lain
hingga posisinya benar-benar terkurung.
Untuk lebih jelasnya, Strategi perang
ini merupakan warisan dari kerajaan Majapahit
yang merupakan kerajaan terbesar di Indonesia yang memiliki wilayah kekuasaan
dari seluruh Indonesia hingga Filipina. Strategi ini kembali diterapkan oleh
Jenderal Soedirman dalam Perang Palagan Ambarawa dan berhasil mengalahkan
Belanda (NICA) pada 15 Desember 1945. Setiap tanggal tersebut pula diperingati
sebagai Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau dikenal dengan “Hari Juang Kartika”
Nah itu dia strategi perang parang
Pejuang negara kita, gak kalah hebat sama strategi Blitzkrieg punya Jerman,
Bomb Carpet nya Amerika sama Kamikaze milik Jepang. Semoga kita semakin tahu
tentang sejarah bangsa ini karena
“Tak Kenal maka Tak Sayang”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar