Rabu, 12 April 2017

Strategi Perang Pejuang Indonesia



Tak Kenal Maka Tak Sayang, Inilah Strategi Perang Pejuang Indonesia
Setelah di thread kemarin kita telah mengulas tentang “Perang Besar Yang Terjadi di Negeri ini” sekarang gue akan bagikan secerca pengetahuan sejarah bangsa kita agar kita semakin menghargai jasa para pejuang, yang faktanya kurang diperhatikan orang sekarang akibat kemajuan zaman. Langsung aja gue persembahkan untuk para Sahabat merah, ini dia “Strategi Perang Para Pejuang Indonesia”

1.      Gerilya


Kalo kita belajar sejarah, inilah strategi perang paling terkenal yang dipakai para pejuang Indonesia. Semacam strategi “Hit and Run” versi Indonesia yaitu merupakan strategi perang dimana para pejuang dan pasukannya sembunyi di dalam hutan sambil menanti musuh dan ketika musuh/penjajah datang, langsunglah para pejuang kita menyerang musuh secara tiba-tiba.
Strategi ini selalu dipakai oleh pejuang di seluruh daerah di Indonesia, mengingat daerah Indonesia dahulu masih banyak hutan lebat serta pejuaang kita yang kalah unggul dari segi jumlah orang dan amunisi membuat strategi ini sangat efektif menumpas penjajah daripada perang terang-terangan. 

2.      Benteng Stelsel

Sebenarnya ini adalah strategi perang buatan Jenderal Van De Kock (Belanda) yang diterapkan pada perang Diponegoro, namun strategi ini lalu diadopsi para pejuang pada perang Padri di Sumatra barat. Jadi secara garis besar, strategi ini adalah pada setiap kawasan yang sudah dikuasai pejuang, dibangunlah benteng pertahanan dan setiap benteng pertahanan dibangun jalan atau jembatan untuk menghubungkan tiap-tiap benteng.
Gunanya buat apa? Benteng yang dibangun jelas untuk mempersulit lawan masuk teritori kita, sedangkan jalan penghubung untuk memudahkan mobilisasi pasukan dan komunikasi antara benteng-benteng pertahanan. Strategi ini memiliki untung dan rugi, untungnya perang lebih cepat selesai karena lawan mudah terjepit pasukan yang ada dan wilayah teritori tidak mudah dikuasi musuh dan ruginya adalah membutuhkan pekerja dan waktu yang tidak cepat untuk membangun benteng pertahanan.

3.      Devide et Impera (Adu Domba)

Strategi ini juga buatan Belanda dimana suatu kelompok besar dipengaruhi (biasanya yang dipengaruhi para pemimpin) seperti Anak raja dipengaruhi untuk membunuh ayahnya agar mendapat tahta kerajaan. Akhirnya perpecahan pun terjadi seperti perang Goa-Talo, Makassar-Bone, dll. Indonesia juga pernah memakai strategi buatan Belanda ini untuk melawan Belanda juga (senjata makan tuan) dengan mengadu domba pimpinan internal VOC.

4.      Puputan

Strategi perang yang diterapkan pasukan Bali dalam perag Puputan Jagaraga (dipimpin Ketut Jelantik) dan Puputan Margarana (dipimpin I Gusti Ngurah Rai) saat melawan Belanda. Puputan berarti perang sampai mati. Jagaraga dan Margarana adalah tempat terjadinya kedua perang di Bali.
Jadi, Bali pada masa Ngurah Rai sempat diajak Belanda gabung dan jadi negara bonekanya, karena saaat itu wilayah Indonesia hanya Jawa, Sumatera, Madura (Bali gak ikut) akibat buruknya diplomasi Sutan Sjahrir yang membuat wilayah Indonesia semakin kecil. Saat ini Bali tidak ingin dipisah dari RI. Maka terjadilah perang melawan Belanda.

5.      Bumi Hangus

Ini adalah strategi paling berisiko yang pernah ada di Indonesia. Nah ini dia alasan mengapa para Pejuang menggunakan strategi ini. Jadi Belanda saat itu akan menyerang Bandung pada 23 Maret 1946. Mereka mengeluarkan ultimatum bahwasanya rakyat bandung untuk mengosongkan wilayah Bandung. Hal ini biar Belanda bisa mendapatkan amunisi dari gudang senjata dan wilayah bandung tentunya.
Akhirnya, sosok Muhammad Toha menjadi sorotan karena telah menerapkan strategi ini. Para rakyat Bandung dievakuasi terlebih dahulu keluar kota bandung dan setelah itu kota dibakar habis. Sekitar jam 12 malam, Bandung selatan sudah kosong dari penduduk dan terbakar. Tak berhenti disitu saja, Toha dan Ramdan (anggota Barisan Rakyat Indonesia) rela mati bunuh diri di gudang senjata sekutu dengan meledakkan dinamit. Dua hal ini (bumin hangus dan peledakan) bertujuan agar Belanda tidak mendapat apapun saat datang ke Bandung karena semua sudah hangus dilahap si jago merah.

6.      Sapit Urang

Strategi perang ini diracik oleh seorang bernama “Jenderal Soediran”. Siapa sih yang gak kenal Jenderal Soedirman? Panglima besar tentara Indonesia yang selalu dikenang rakyat. Jasanya dalam negeri ini sangatlah besar karena dialah founder dari TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang berubah hingga sekarang menjadi “Tentara Nasional Indonesia”.
Strategi Sapit Urang itu artinya adalah Capit Udang. Jadi, pengertian sapit urang adalah suatu strategi dimana satu kumpulan pasukan memancing lawan ke arah mereka dan lawan langsung dikepung dari 2 arah belakang (kiri dan kanan) lawan oleh pasukan yang lain hingga posisinya benar-benar terkurung.
Untuk lebih jelasnya, Strategi perang ini merupakan warisan dari kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan terbesar di Indonesia yang memiliki wilayah kekuasaan dari seluruh Indonesia hingga Filipina. Strategi ini kembali diterapkan oleh Jenderal Soedirman dalam Perang Palagan Ambarawa dan berhasil mengalahkan Belanda (NICA) pada 15 Desember 1945. Setiap tanggal tersebut pula diperingati sebagai Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau dikenal dengan “Hari Juang Kartika”
Nah itu dia strategi perang parang Pejuang negara kita, gak kalah hebat sama strategi Blitzkrieg punya Jerman, Bomb Carpet nya Amerika sama Kamikaze milik Jepang. Semoga kita semakin tahu tentang sejarah bangsa ini karena
“Tak Kenal maka Tak Sayang”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar